Menjelajahi Dunia Last Epoch: RPG Aksi yang Menguji Waktu dan Strategi

Menjelajahi Dunia Last Epoch: RPG Waktu dan Strategi

Menjelajahi Dunia Last Epoch: RPG Aksi yang Menguji Waktu dan Strategi

Pendahuluan: Lahirnya Sebuah RPG Baru

Genre Action RPG (ARPG) sudah lama jadi favorit gamer. Dari era Diablo, Path of Exile, hingga judul-judul modern lainnya, ARPG selalu menawarkan kombinasi antara aksi cepat, sistem loot, dan kebebasan membangun karakter. Namun, ada satu game yang muncul dengan konsep segar dan berhasil mencuri perhatian: Last Epoch.

Game ini bukan hanya sekadar meniru formula sukses ARPG klasik, tetapi mencoba memberikan sentuhan unik—dunia yang bisa dijelajahi lintas waktu, sistem pembangunan karakter super mendalam, serta pengalaman yang menolak konsep pay-to-win.

Di artikel ini, kita akan membongkar isi Last Epoch dari berbagai sisi: mulai dari cerita, gameplay, fitur, sistem progresi, hingga alasan kenapa game ini bisa menjadi pesaing serius di jagat ARPG.


Dunia Eterra: Sebuah Perjalanan Lintas Waktu

Last Epoch menempatkan pemain di dunia fantasi bernama Eterra. Namun, berbeda dengan ARPG kebanyakan, cerita game ini membawa kita melintasi empat era waktu yang berbeda. Setiap era punya lanskap, musuh, dan misteri unik yang saling terhubung.

Bayangkan saat Anda bertarung melawan kawanan monster di masa lalu, lalu melompat ke masa depan untuk melihat dampak dari keputusan yang pernah dibuat. Konsep ini bukan hanya sekadar variasi visual, melainkan menjadi bagian dari pengalaman naratif yang membuat petualangan terasa lebih hidup.

Eterra sendiri dibangun dengan atmosfer gelap, penuh reruntuhan, hutan purba, gua misterius, hingga kota futuristik yang hancur. Setiap lokasi punya cerita tersendiri, memberikan rasa bahwa dunia ini benar-benar berevolusi sesuai dengan perubahan waktu.


Lima Kelas Utama, Lima Belas Mastery

Salah satu kekuatan terbesar Last Epoch ada pada sistem kelas karakternya. Saat memulai, pemain dapat memilih salah satu dari lima kelas utama:

  1. Acolyte – Pengendali sihir gelap, ahli necromancy dan kutukan.

  2. Mage – Penguasa elemen dan kekuatan arcane.

  3. Primalist – Pejuang alami dengan kemampuan berubah wujud dan togel hongkong memanggil hewan.

  4. Rogue – Lincah, cepat, penuh taktik dengan serangan jarak dekat maupun jauh.

  5. Sentinel – Ksatria tangguh, berfokus pada kekuatan bertahan dan serangan brutal.

Namun, perjalanan tidak berhenti di situ. Setiap kelas punya tiga Mastery yang bisa dipilih seiring progres. Contoh: Acolyte bisa berkembang menjadi Necromancer, Warlock, atau Lich. Dengan total 15 Mastery, variasi gaya bermain benar-benar luas.

Setiap pilihan Mastery bukan sekadar kosmetik atau tambahan kecil. Ia membuka skill unik, pohon pasif baru, serta gaya bertarung yang bisa mengubah sepenuhnya strategi permainan.


Lebih dari 120 Pohon Skill yang Bisa Dispesialisasi

Salah satu fitur paling membedakan Last Epoch dengan ARPG lain adalah sistem skill-nya.

Alih-alih hanya menambahkan angka damage atau cooldown, setiap skill bisa dispesialisasi melalui pohon skill masing-masing. Bayangkan satu skill sederhana seperti Fireball—ia bisa dimodifikasi menjadi bola api raksasa, proyektil berantai, atau serangan area dengan efek terbakar berlapis.

Dengan lebih dari 120 skill yang tersedia, kemungkinan kombinasi hampir tak terbatas. Pemain bisa benar-benar menciptakan gaya bertarung yang sesuai selera, entah itu fokus pada serangan area besar, single-target yang mematikan, atau bahkan memanggil pasukan undead untuk bertarung di pihak Anda.


Sistem Loot dan Crafting yang Menarik

Tidak ada ARPG tanpa loot, dan Last Epoch tahu betul bagaimana membuatnya memuaskan.

Loot hadir dalam bentuk senjata, armor, dan aksesoris dengan berbagai tingkat kelangkaan. Namun, yang membuat sistemnya istimewa adalah crafting. Pemain bisa memodifikasi item sesuai kebutuhan dengan menambahkan afiks tertentu, meningkatkan statistik, atau bahkan mengubah properti fundamental item tersebut.

Hal ini memberikan rasa kepemilikan yang kuat—setiap item bukan sekadar drop acak, melainkan bisa dijadikan fondasi untuk membangun karakter sesuai visi Anda.


Monolith of Fate: Endgame yang Kaya Variasi

Salah satu tantangan terbesar bagi ARPG adalah konten endgame. Last Epoch mengatasinya dengan menghadirkan Monolith of Fate, sebuah sistem roguelike di mana pemain menjelajahi timeline alternatif untuk mengalahkan musuh, mendapatkan loot, dan membuka jalur cerita tambahan.

Setiap Monolith memiliki node misi yang berbeda, mulai dari membasmi gelombang musuh, mengalahkan bos tertentu, hingga misi bertahan hidup. Dengan progres yang bercabang, pemain bisa memilih jalur sesuai tujuan—entah ingin berburu loot tertentu, mencari pengalaman, atau menghadapi tantangan paling brutal.

Monolith of Fate tidak hanya memperpanjang umur permainan, tetapi juga memperkuat identitas Last Epoch sebagai ARPG yang serius memberi ruang untuk replayability.


Kebebasan Tanpa Pay-to-Win

Di era di mana banyak game menggunakan model microtransaction agresif, Last Epoch berdiri dengan sikap tegas: tidak ada pay-to-win.

Segala progres, loot, dan kekuatan karakter hanya bisa diperoleh melalui permainan nyata, bukan dari dompet pemain. Hal ini membuat Last Epoch lebih dihormati oleh komunitas, terutama mereka yang sudah jenuh dengan praktik monetisasi berlebihan.

Meskipun game menawarkan kosmetik untuk mendukung pengembang, hal ini tidak pernah menyentuh aspek kompetitif maupun kekuatan karakter.


Visual, Audio, dan Atmosfer

Secara grafis, Last Epoch mungkin tidak semegah game AAA, tetapi ia menebusnya dengan desain atmosfer yang kuat. Efek skill, detail monster, dan lingkungan di setiap era waktu dibuat dengan hati-hati untuk memberikan nuansa berbeda.

Audio juga memainkan peran besar. Musik latar mendukung ketegangan saat melawan bos, sementara efek suara memberikan rasa berat setiap tebasan, ledakan sihir, atau lolongan makhluk kegelapan.

Hasilnya, meskipun tidak berfokus pada grafis hiper-realistis, Last Epoch tetap mampu membuat dunia Eterra terasa hidup dan imersif.


Komunitas dan Dukungan Developer

Salah satu alasan Last Epoch mendapat sambutan hangat adalah dukungan developer yang aktif. Studio Eleventh Hour Games terus mendengarkan masukan pemain, merilis pembaruan berkala, menambahkan fitur baru, serta memperbaiki bug dengan cepat.

Komunitas juga sangat berperan. Forum, Discord, hingga media sosial penuh dengan diskusi build, strategi, dan sharing pengalaman. Bagi pemain baru, ini berarti ada banyak sumber daya untuk mempelajari game dan menemukan build terbaik.


Perbandingan dengan ARPG Lain

Tidak bisa dipungkiri, Last Epoch sering dibandingkan dengan dua raksasa genre: Diablo dan Path of Exile (PoE).

  • Diablo terkenal dengan gameplay yang mudah dipahami, grafis mumpuni, serta atmosfer ikonik. Namun, Last Epoch menawarkan kedalaman sistem skill yang lebih fleksibel.

  • PoE di sisi lain dikenal karena kompleksitas ekstrem dan konten masif. Last Epoch mengambil inspirasi dari sana, tetapi menyajikannya dengan antarmuka lebih ramah pemain baru.

Dengan kata lain, Last Epoch berhasil menempati posisi unik: cukup dalam untuk memuaskan veteran ARPG, tetapi cukup ramah bagi pendatang baru.


Tantangan dan Kritik

Tentu saja, Last Epoch bukan tanpa kekurangan. Beberapa kritik yang kerap muncul antara lain:

  • Optimalisasi grafis kadang terasa berat di beberapa PC.

  • Animasi masih bisa dibuat lebih halus.

  • Konten endgame meski kuat, tetap membutuhkan ekspansi di masa depan agar tidak terasa repetitif.

Namun, mayoritas pemain menganggap kekurangan ini dapat diterima, terutama karena pengembang aktif memperbaikinya.


Masa Depan Last Epoch

Dengan fondasi yang kuat, Last Epoch memiliki potensi besar untuk terus berkembang. Rencana ekspansi, pembaruan kelas, penambahan skill, hingga variasi endgame akan membuat umur game ini panjang.

Komitmen developer pada transparansi dan komunikasi terbuka juga membuat komunitas percaya bahwa Last Epoch tidak akan berhenti berkembang.


Kesimpulan

Last Epoch adalah bukti bahwa genre ARPG masih bisa berinovasi. Dengan dunia lintas waktu yang menarik, sistem skill mendalam, loot dan crafting memuaskan, serta endgame yang adiktif, game ini berhasil menonjol di tengah persaingan ketat.

Bagi penggemar ARPG, Last Epoch menawarkan perpaduan nostalgia dan inovasi. Ia mengingatkan kita pada keindahan berburu loot dan membangun karakter unik, sekaligus membawa konsep baru yang segar.

Apakah Last Epoch sempurna? Belum tentu. Tetapi jelas, game ini sudah menjadi salah satu ARPG paling menjanjikan di pasaran saat ini.

Baca Juga : Grounded 2: Menyelami Dunia Mikro dengan Petualangan Survival